Bertanya Bukanlah Alpa
Jumat pagi di suatu bulan di tahun 2000, Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Sukorejo terlihat ramai..hiruk pikuk siswa yang asyik mengobrol dan mempersiapkan barang-barang bawaan mereka terdengar menggema sampai ke sudut-sudut sekolah. Hari itu sekolah kami akan mengadakan acara berkemah selama dua hari di daerah Plantungan, lokasinya di dekat Lembaga Pemasyarakatan di tepi Kali Lampir (Kali=Sungai), masih di wilayah Kabupaten Kendal. Kami berangkat seusai sholat jumat, dan menempuh 1 jam perjalanan menggunakan Truk. Truk yang biasa digunakan untuk mengangkut pasir atau sapi kali ini penumpangnya adalah kami, siswa siswi SMPN 1 Sukorejo :). Kebayangkan gimana keadaan kami di dalam truk? kami harus berdesak-desakan diantara sesama teman dan barang bawaan kami, tungku, wajan, tenda, tongkat. Satu jam berlalu kamipun sampai di tempat tujuan, cuaca cerah dan udara tetap segar meskipun matahari cenderung terik. Turun dari truk, kami mulai mengeluarkan barang bawaan kami dan saling membantu bersama kelompok masing-masing dan berebut memilih lahan untuk membangun tenda. Kami mendapat lahan disisi kanan agak di tengah, kamipun mulai membangun tenda. Tak terasa hari sudah sore ketika kami selesai mendirikan tenda, beberapa diantara kami sudah menyalakan tungku dan mulai menanak nasi dengan dandang dan juga menaburkan garam disekeliling area tenda untuk menghindari ular. Akhirnya kamipun tiba di penghujung hari, saatnya mandi, banyak diantara kami yang memutuskan untuk menumpang mandi di rumah penduduk. Saya dan juga dua orang teman lain juga mengikuti jejak teman-teman lami, mencoba peruntungan untuk meminta ijin menumpang mandi di salah satu rumah penduduk.
Rumah itu besar, dengan halaman yang cukup luas untuk menampung berbagai macam jenis tanaman dalam pot. Dicat dengan dominan putih, di hiasi warna abu-abu dan putih, rumah itu terlihat sepi, kami mengetuk pintu yang terbuka dan mengucapkan sapaan "Selamat sore". Si empunya rumah keluar sambil menggendong anaknya, sambil menanyakan maksud kedatangan kami. Kamipun menjawab hendak meminta ijin untuk ikut menumpang mandi dan diijinkan, kamipun segera masuk ke dalam rumah dan mencari sendiri letak kamar mandi. Sebetulnya kalau diingat lagi, disinilah awal dari kejadian memalukan tersebut. Kami tak menyangka bahwa rumah kami pilih tersebut sangatlah besar. Kamipun tersesat. Di dalam rumat terdapat banyak ruangan yang sayangnya tidak didukung pencahayaan yang memadai. Suasana spooky pun menyergap kami, membuat bulu kuduk kami berdiri saking takutnya. Ketika pikiran buruk mulai menghantui, saat itu barulah kami sadari bahwa kami lupa menanyakan letak kamar mandi pada si empunya rumah ketika nyelonong masuk tadi. Akhirnya kamipun memutuskan untuk kembali ke ruang depan tadi untuk meminta maaf pada si empunya rumah dan menanyakan letak kamar mandi yang boleh kami pakai. Namun rupanya si empunya rumah sudah terlanjur tersinggung dan memarahi kami karena ketidaksopanan kami tadi. Rupanya ketika meminta ijin tadi kami terlalu tergesa-gesa sehingga ketika si pemilik rumah hendak menjelaskan letak kamar mandi, kami sudah keburu ngeloyor masuk ke dalam rumah. Mungkin sempat terbersit di pikiran si empunya rumah, kurang ajar sekali anak-anak ini. Wajarlah jika itu membuatnya tersinggung bukan main. Kamipun meminta maaf dengan tulus atas kelancangan kami dan merasa sangat menyesal atas perbuatan kami. Lalu si empunya rumah menunjukkan letak kamar mandi yang ternyata ada diujung lorong tempet kami berdiri tadi, kamipun bergegas masuk, bertiga. Kami gadis-gadis kecil yang belum matang mandi bertiga di dalam kamar mandi kuno yang sangat luas dan redup, menurut saya kamar mandi ini mampu menampung 10 orang dewasa saking luasnya. Suasana mistis mulai merayapi kami apalagi saat itu adzan maghrib mulai berkumandang. Selesai mandi, pakaian ganti yang kami bawa sudah kami pakai, dan kamipun keluar dari kamar mandi untuk kemudian berpamitan sambil mengucapkan banyak terima kasih pada si empunya sambil tertunduk malu. Sepanjang perjalanan pulang dari rumah itu menuju tenda kami, saya memikirkan keteledoran kami atau keteledoran saya tadi karena yang meminta ijin adalah saya, kenapa tidak kami dengarkan perkataan si empunya rumah ketika mengijinkan kami untuk menumpang mandi. Kejadian tersebut benar-benar menampar saya, membuat saya malu karena merasa kurang menghargai orang lain terutama si empunya rumah dalam kasus ini karena ketidak sabaran dan sikap sok tau saya. Padahal beliau sudah berbaik hati kepada kami, jadi wajar kalau beliau merasa tersinggung dan kemudian marah.
Sejak saat itu saya menjadikan peristiwa tersebut sebagai pelajaran yang sangat berharga yang akan selalu saya ingat dan jadi titik balik dalam hidup saya. Jangan pernah meremehkan apapun karena sikap sok tau atau tidak sabar, meskipun itu hanya mendengarkan jawaban dari pertanyaan yang kita ajukan. Hargailah perasaan orang yang kita tanyai, coba posisikan kita sebagai orang yang ditanyai, sudah berbaik hati menjelaskan tapi ternyata cuma masuk telinga kanan keluar telinga kiri, apa nggak jengkel? :D. Jadi, kalau kita merasa ragu atau memang tidak tau sebaiknya bertanya karena bertanya bukanlah suatu kesalahan dan nggak akan nurunin derajat kita juga kok, justru dari ketidaktahuan itu mungkin kita akan menemukan pencerahan yang tak ternilai harganya. Jangan sampai gara-gara kita malu untuk bertanya ternyata tindakan kita justru membahayakan orang lain, seperi membetulkan kabel listrik yang putus di saluran antara rumah kalian dengan tetangga. Iya kalo betul, salah-salah nanti malah terjadi kebakaran, lebih baik segera telpon petugas yang berwenang saja ya. Jadi sekali lagi jangan malu untuk bertanya ya guys, dan jangan lupa untuk berterima kasih sebelum dan sesudahnya juga. Masa iya kita kalah sama BNI, BNI aja punya tagline Mau Bertanya Nggak Sesat di Jalan #AskBNI.
Selamat menuai berkah :D
Itu peribahasa yang mesti jadi pegangan sampai tua ya mbak, hihii..ya maklum deh namanya juga anak-anak sok teu :D
ReplyDeleteIyaaa mbak itu menu wajib pegangan hidup dari pada tar kena batunya kayak saya yang sok teu hihihi
ReplyDeletehihi nice mbak ceritanya. "menjadi pendengar yang baik" :)
ReplyDeleteThank you ana sudah mampir, ini semacam pelarian "positif" untuk otak yang butuh di refresh..mengenang masa lalu :D
Deletecocok banget buat bacaan anak muda jaman sekarang yang sudah berkurang sikap kesopanannya :D like it!
ReplyDeleteHi, dear thank you sudah mampir..betul banget sekarang banyak anak muda yang sudah kehilangan etika dalam banyak hal..jadi sedih :(
Deleteinspirasi yang mantap,..
ReplyDeletedegradasi kesopanan sdh terjadi begitu drastis, bisa menjadi pengalaman bagi yang belum pernah mengalaminya,..
Mendapatkan pengalaman tidak harus mengalaminya tapi bisa belajar dari pengalaman orang lain,..
Yup bener banget mas...belajar bisa darimana saja termasuk dari pengalaman orang lain :D
DeleteAku bacanya sambil ngeri-ngeri gitu... hihi
ReplyDeleteyup! setuju... mau tanya atau apa aja pun ada etikanya, tapi zaman sekarang seringkali terlupakan meskipun sdh jd org dewasa.
Ngeri ngebayangin suasananya ya? hehehe emang kok, aku aja sampe sekarang masih inget hehehe...Iya miris banget kalo liat anak-anak jaman sekarang sudah mengalami degradasi moral :(
DeleteKeliatannya peristiwa ini impact-nya nyampe sekarang. Kalau diperhatiin (trutama kalau traveling-an sama kamu jeng), nanya nya suka ndetail and ada aja yg kepikiran ditanyain. But, that's not bad anyway. Kita jadi nemu hal-hal yang gag semua orang tahu dan menarik. Contoh paling deket waktu ke dieng, elu jg kan yg iseng2 nanya ke tukang gorengan. Trus kita jadi bisa dpt ojek ke si Kunir murah. Hehehe...
ReplyDeleteJadi bener banget malu bertanya sesat di jalan, tapi sebagai orang yg membutuhkan bantuan mrmang harus tetep sopan. Pokoknya gag ada ruginya nanya,walaupun ke tukang gorengan. Sapa tahu...sapa tahu aja.
Keliatannya peristiwa ini impact-nya nyampe sekarang. Kalau diperhatiin (trutama kalau traveling-an sama kamu jeng), nanya nya suka ndetail and ada aja yg kepikiran ditanyain. But, that's not bad anyway. Kita jadi nemu hal-hal yang gag semua orang tahu dan menarik. Contoh paling deket waktu ke dieng, elu jg kan yg iseng2 nanya ke tukang gorengan. Trus kita jadi bisa dpt ojek ke si Kunir murah. Hehehe...
ReplyDeleteJadi bener banget malu bertanya sesat di jalan, tapi sebagai orang yg membutuhkan bantuan mrmang harus tetep sopan. Pokoknya gag ada ruginya nanya,walaupun ke tukang gorengan. Sapa tahu...sapa tahu aja.
Hahahhaha...yoi...bener banget deep impact..berakar sampai ke dalam jiwa :D Weits ada yang masih inget aje nih acara girls pillow talk and escaping together hahhaa...Kadang bertanya nggak harus to the point, ajak ngobrol santai aja dulu lama-lama kan bakalan kepancing juga wakkks :D
DeleteYuk kapan escape bareng lagi? :D
Hahai, saya adalah salah satu dari tokoh anak remaja di atas. Dan bedanya dengan penulis, saya bahkan telah hampir lupa akan peristiwa itu, yg saya ingat benar memang adalah lanskap super horor nya, dan sedikit bekas rasa malu. Hehei, tak saya sangka ternyata peristiwa ini tercatat sebagai sebuah momentum of maturity bagi penulis.
ReplyDeleteWhaaat?? Moment of maturity..exactly dear hahaha...yah setidaknya masih ada yang bisa dikenang :D
DeleteMmg sotoy lg melanda org2 jaman skrg mbak.bikin bete. Untung ya tuan rumahnya msh pemaaf.
DeleteKlo orgnya emosian..bisa2 ga mandi seharian mbak...ngambek...😄
Mmg sotoy lg melanda org2 jaman skrg mbak.bikin bete. Untung ya tuan rumahnya msh pemaaf.
DeleteKlo orgnya emosian..bisa2 ga mandi seharian mbak...ngambek...😄
ikutan spooky.. jadi inget jaman2 pramuka SMP-SMA gitu pasti kemahnya di tempat2 spooky, jadi takut mandi :)
ReplyDeletebener banget mbak archa...jangankan sekarang jaman dulu pasti jg begitu..dan jg bersyukur itu pemilik rumah cm tersinggung bukannya marah dan ngusir kita :)
ReplyDeleteSpooky ya mbak Marita? sama...saya juga..sampe sekarang masih inget betul suasananya hehehe..kalo dipikir-pikir iya juga ya mbak entah kenapa di setiap kegiatan pramuka pasti ada hal 'aneh' yang terjadi hehe..jd nostalgia jg ya mbak? :)
ReplyDelete